Ketika Pendidikan dan Teknologi Berjalan Beriringan: Inspirasi dari UNY bagi Generasi Pembelajar



Saya memang bukan dari jurusan jurusan pendidikan, tapi semangat mengajar itu tumbuh sejak SMA, waktu saya sering memperhatikan cara Bu Melly (guru Kimia) mengajar dan memperhatikan siswa-siswa di kelas. Terima kasih Bu Melly, Ibu adalah inspirasi saya sampai sekarang. 

Saat kuliah, saya dapat kesempatan mengajar anak-anak SD lewat program KKM. Walaupun masih belajar, pengalaman itu bikin saya makin yakin kalau dunia pendidikan memang jalan saya. Dari sanalah semuanya mulai, sebelum akhirnya saya resmi jadi guru.

Tahun 2021, akhirnya saya resmi jadi guru IPA di salah satu SMP swasta di Kabupaten Tangerang. Yap, waktu itu masih masa pandemi. Suasana belajar masih serba daring. siswa-siswa belajar dari rumah. 

Pembelajaran daring

Buat saya, ini tantangan yang cukup dag-dig-dug. Baru mulai jadi guru, tapi langsung "dilempar" ke dunia pembelajaran online. Saya bukan cuma harus siap ngajar, tapi juga belajar banyak hal dari nol dari pakai platform belajar, buat materi interaktif, sampai cari cara biar murid tidak bosan lihat layar terus. 

Tapi justru dari situ, saya banyak belajar. Ternyata jadi guru di era digital itu butuh adaptasi cepat, kreativitas dan pastinya stok sabar ekstra tentunya hehe. 

Kalau kata para ahli pendidikan, transformasi teknologi di sekolah bukan cuma soal ganti alat atau platform, tapi bagaimana teknologi bisa mengubah cara belajar dan mengajar secara mendasar. Saya sempat membaca tentang model SAMR (Substitution, Augmentation, Modification, Redefination) yang menggambarkan empat level penggunaan teknologi dalam pendidikan. Saya hanya berada di tahap Substitution  yaitu mengganti buku cetak dengan PPT lewat Zoom karena keterbatasan sinyal dan waktu. 

Eksperimen sederhana (dokumen pribadi)

Begitu situasi pandemi mulai membaik, sekolah pun mulai membuka kembali kelas tatap muka, meski bertahap. Akhirnya saya bisa ketemu langsung dengan murid-murid yang sebelumnya cuma dilihat dari layar saja. Rasanya campur aduk antara senang, grogi, dan agak bingung juga cara membuat semangat belajar setelah mereka lama belajar di rumah. Saya pun mulai coba berbagai metode dari eksperimen sederhana, nonton video pembelajaran, sampai buat game seru kelompok kecil biar mereka lebih aktif. 

Dalam proses pembelajaran ini, saya juga menyadari betapa pentingnya keseimbangan antara teknologi, pendagogi, dan konten. Ada satu teori bernama TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) yang menjelaskan bahwa guru di era digital perlu memahami tidak hanya isi pelajaran (konten), tetapi juga bagaimana cara mengajarkannya (pedagogi) dan bagaimana manfaatkan teknologi yang tepat. 

Perlahan tapi pasti, saya mulai menemukan gaya mengajar sendiri. Asyik banget rasanya lihat ekspresi mereka yang akhirnya memahami materi, ada yang langsung angkat tangan dengan semangat, tapi yang paling lucu, ada yang sampai ketiduran karena katanya suara saya terlalu lembut dan menenangkan. Dari situ saya sadar kalau jadi guru bukan hanya sekedar profesi, tapi juga perjalanan panjang buat terus tumbuh bersama murid.

Sebagai seorang guru yang telah mengabdi diri dalam dunia pendidikan selama tiga tahun, saya menyadari betul betapa pentingnya adaptasi terhadap perkembangan teknologi dalam proses pembelajaran. Saya juga mulai tertarik mengikuti berbagai inovasi pendidikan, termasuk yang dilakukan oleh kampus-kampus eperti Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Meskipun saya bukan lulusan UNY, namun saya kagum dan mengacungkan jempol melihat bagaimana peran UNY menjalankan tridharma perguruan tinggi secara nyata terutama dalam hal pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang fokus ke transformasi teknologi dalam pendidikan.

Dari sisi pengembangan wawasan, di UNY mempunyai kegiatan seperti Journal Club di Program Studi Teknologi Pendidikan. Disini, dosen dan mahasiswa bersama-sama diskusi soal isu-isu terkini, mulai dari teknologi pendidikan sampai tren IoT. Manfaat kegiatan ini untuk mendorong munculnya ide-ide baru untuk pengembangan media pembelajaran yang relevan sesuai dengan perkembangan zaman. Pendekatan UNY sejalan dengan semangat teori konektivisme, dimana belajar tidak lagi terbats pada ruang kelas, tapi bisa terjadi lewat jejaring digital, komunitas daring dan sumber daya terbuka.

Dalam bidang penelitian, UNY juga aktif mengembangkan media pembelajaran berbasis IoT, seperti trainer IoT yang dirancang untuk membantu mahasiswa memahami teknologi secara praktis. Menurut saya, inovasi semacam ini sangat relevan dengan kebutuhan dunia kerja yang makin digital.


Di sisi pengabdian masyarakat, UNY juga tak kalah aktif. Saya pernah menonton video  Amalia Yunansyah Putri di YouTube saat ia mengajarkan pelajaran matematika untuk siswa kelas empat SD Muhammadiyah Codongcatur. Yang menarik, ia menggunakan pendekatan yang berbeda dari biasanya mulai dari flipbook berbentuk komik, augmented reality, dan penayangan video pembelajaran interaktif. Semua media itu digunakan untuk membantu siswa memahami konsep data. Tujuan pembelajarannya jelas agar siswa bisa lebih percaya diri dalam membaca, memahami dan menyajikan data dengan berbagai cara yang seru, menggunakan berbagai alat multimedia yang sesuai dengan gaya belajar masing-masing. 

SMK N 1 Sedayu menjalin kemitraan strategis dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) |https://smkn1sedayu.sch.id/

Upaya UNY memajukan teknologi pendidikan dapat dilihat dari strategi pembelajaran yang mereka terapkan di kampus. Mahasiswa tidak hanya duduk di kampus tau teori, tapi juga langsung praktik di lapangan, termasuk dalam bidang teknologi Internet of Things (IoT). Saya pernah membaca bagaimana UNY aktif menjalin kerja sama langsung dengan sekolah-sekolah. Salah satunya lewat program pelatihan teknologi  IoT untuk penerapan Smart Building di SMK Negeri 1 Sedayu. Dalam program ini, peran dosen dan mahasiswa UNY terlibat langsung dalam melatih guru dan siswa agar lebih siap dan terampil di bidang teknologi dan kelistrikan. Menurut saya, ini jadi contoh nyata bagaimana tridharma perguruan tinggi dijalankan dengan semangat kolaborasi dan dampak langsung bagi dunia pendidikan.

Melihat semua inisiatif ini, saya yakin dan percaya kalau UNY serius membangun ekosistem pendidikan yang melek teknologi dan siap menghadapi tantangan zaman. IoT, AI, media interaktif semuanya bukan hanya jadi bahan kuliah, tapi benar-benar diterapkan dalam berbagai kegiatan nyata yang bermanfaat bagi semua.

Sebagai mantan guru dan kini seorang ibu, saya merasa sangat terinspirasi oleh langkah-langkah nyata yang dilakukan UNY dalam memajukan pendidikan lewat teknologi. Meskipun saya tidak melihat langsung, banyak informasi pendidikan digital bisa benar-benar diwujudkan. Meski saat ini saya tidak lagi mengajar di sekola, semangat untuk terus belajar dan berbagi tetap tumbuh. Karena jadi mendidik bukan cuma soal profesi, tapi soal hati yang terus mau belajar dan mengajak orang lain tumbuh bersama.

Sumber:
https://tp.fipp.uny.ac.id/id/berita/journal-club-prodi-tp-fip-uny
https://scholarhub.uny.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1070&context=elinvo
https://www.youtube.com/watch?v=jX7lmpo3INc&t=104s
https://smkn1sedayu.sch.id/post/kerjasama-program-pengabdian-masyarakat-pkm-antara-smk-n-1-sedayu-dan-universitas-negeri-yogyakarta-dalam-peningkatan-kompetensi-smart-building-berbasis-internet-of-things

Share:

No comments:

Post a Comment