Bukan Cuma Harta: Pola Asuh Narsistik Orang Tua yang Merenggut Mental Anak

youtube: Sabrina Anggraini

Pernah nggak sih kamu merasa sangat lelah secara mental, bahkan ketika fisik sebenarnya nggak ngapa-ngapain? Atau mungkin, kamu sering meledak marah ke anak, dan menyesali tindakan itu kemudian? Hati-hati, kelelahan ini mungkin bukan sekadar kurang tidur, tetapi akumulasi dari beban mental tak terlihat (invisible mental load) dan luka masa lalu yang tanpa sadar memengaruhi cara kamu mengasuh.

Dalam sebuah diskusi mendalam bersama host Sabrina Anggraini dan narasumbernya dr. Elvine Gunawan, Sp.KJ, seorang dokter kejiwaan, topik toxic parenting dan bahaya pola asuh narsistik dikupas tuntas. Yuk, kita bahas poin-poin penting yang harus kita sadari dan pelajari untuk memutus rantai trauma dalam keluarga. Kalian bisa nonton selengkapnya di channel youtube Sabrina Anggraini yang berjudul Kenali Toxic Parenting: Bahaya Pola Asuh Tak Sadar | #BossMama Ep. 18

1. Beban Mental Tak Terlihat: Musuh Tersembunyi Ibu

Ibu sering kali menjadi manajer utama di kepala keluarga, memegang kendali atas semua beban mental: jadwal makan anak, deadline pekerjaan, urusan rumah tangga, hingga janji temu dokter. Inilah yang disebut invisible stress of motherhood.

Jika beban ini terus-menerus dipikul sendiri tanpa pengakuan dan dukungan, burnout tak terhindarkan. Kelelahan mental ini bisa membuat kita rentan meledak dan tanpa sadar melampiaskan stres kepada anak atau pasangan.

2. Jeda dari Heroism Mulai Mencintai Diri Sendiri

Banyak perempuan terperangkap dalam ekspektasi untuk menjadi "Superwoman" atau pahlawan (heroism) di rumah. Kita merasa harus mampu mengatasi semua masalah dan tidak boleh terlihat lemah di mata keluarga.

Padahal, mencari pertolongan bukanlah tanda kelemahan. Justru, itu adalah bukti bahwa kamu mencintai diri sendiri dan berkomitmen menjadi orang tua yang lebih stabil. Mengambil jeda dan meminta bantuan, baik dari pasangan maupun profesional, adalah langkah penting untuk mengisi ulang "energi mental" kamu.

3. Healing Diri yang Memutus Rantai Warisan Luka

Perjalanan menjadi ibu sering kali membuka kembali kotak luka masa kecil yang belum tuntas. Jika kamu dibesarkan dalam lingkungan yang keras atau penuh trauma, ada kecenderungan untuk memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap perilaku toxic dari pasangan atau secara tidak sengaja mengulangi pola asuh yang sama.

"Proses tumbuh kembang anak secara kesehatan jiwa dimulai dari perut ibunya."

Jika ibu tidak bahagia atau stres, proses neuro-development anak pun bisa terganggu. Oleh karena itu, healing diri adalah tanggung jawab utama kamu, agar luka lama tidak menjadi warisan yang ditransfer ke generasi berikutnya.

4. Waspada Pola Asuh Narsistik (Narcissistic Parenting)

Pola asuh narsistik terjadi ketika orang tua secara tidak sehat menjadikan anak sebagai perpanjangan diri untuk memenuhi kebutuhan emosional atau citra diri mereka. Beberapa contoh perilaku yang harus kamu waspadai:

1. Guilt Trip dan Manipulasi

"Mama sudah berkorban banyak, kok kamu nggak bisa nurut sih?" Kalimat ini membuat anak tumbuh dengan perasaan bersalah yang kronis (guilty trip), merasa tidak pernah cukup baik, dan dimanipulasi agar menuruti kemauan orang tua.

2. Pujian Berlebihan (Overpraise)

Anak yang terlalu sering dipuji berlebihan atau sebaliknya, diabaikan (overneglect), berpotensi tinggi tumbuh dengan sifat narsistik. Pujian harus berbasis prestasi nyata (misalnya, "Keren, kamu buang sampah di tempatnya!"), bukan pujian kosong berdasarkan eksistensi semata.

3. Favoritism (Anak Emas vs. Kambing Hitam)

Membandingkan anak (Golden Child vs. Scapegoat) menciptakan pola yang sangat ekstrem. Anak emas rentan tidak bertanggung jawab, sementara anak kambing hitam tumbuh dengan masalah mental karena selalu menjadi pihak yang disalahkan.5. Peran Krusial Ayah dalam Pembentukan Karakter

Seringkali, ayah hanya dilihat sebagai penyedia nafkah (materi). Padahal, peran ayah sangat vital dalam membangun attachment sehat, melatih empati, sosialisasi, dan mekanisme coping (cara mengatasi masalah) pada anak.

Kehadiran ayah bukan hanya soal kuantitas waktu, tetapi kualitas keterlibatan. Ayah harus aktif terlibat, bertanya tentang perasaan, dan membangun rasa aman (bukan hanya cinta) agar anak tidak tumbuh dengan anxious attachment atau ketidakpercayaan pada relasi.

6. Komunikasi dan Batasan (Boundary) yang Jelas

Prinsip utamanya: "Tidak ada bluetooth dalam rumah tangga." Jangan berharap pasangan mengerti kode atau pikiran kamu. Biasakan difficult conversation yang sehat seperti bicara langsung, jelas, dan to the point, bukan hanya kode-kodean.

  • Latih Assertive Communication: Bicara to the point tentang masalah yang ingin diselesaikan, daripada bertele-tele atau menyampaikannya dalam bentuk kemarahan terselubung.
  • Gunakan Teori SMART untuk menyelesaikan konflik (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time-restriction).

Penting untuk suami atau istri menjadi "gerbang" informasi. Jika ada masalah atau teguran, pastikan keluarga besar menyampaikannya melalui kamu, bukan langsung ke pasangan kamu. Hal ini mencegah intervensi yang merusak dan memelihara hubungan baik antar menantu dan mertua.

Selain itu, hindari curhat masalah rumah tangga ke keluarga besar. Ketika kamu sudah memilih memaafkan dan bertahan, keluarga kamu mungkin masih menyimpan sakit hati, yang justru akan memperkeruh suasana.

7. Memilah Informasi untuk Anak

Anak tidak perlu tahu semua masalah orang dewasa. Berikan mereka informasi yang relevan dan berdampak pada kehidupan mereka, serta masalah yang memang bisa mereka bantu hadapi.

Boleh Diceritakan: Masalah ekonomi yang mengharuskan uang jajan diturunkan.

Tidak Perlu Diceritakan: Detail perselingkuhan, proses perceraian yang heboh, atau konflik serius orang dewasa yang hanya akan membebani mental anak.

Capek Itu Wajar, Healing Itu Kekuatan

Menjadi orang tua adalah perjalanan yang melelahkan dan penuh tantangan, itu wajar.

Jika kamu merasa kewalahan atau stuck dengan luka lama, jangan ragu mencari pertolongan profesional (psikolog atau psikiater). Mencari bantuan adalah bentuk tanggung jawab tertinggi kepada diri sendiri dan generasi selanjutnya.

Pola asuh terbaik bukanlah soal kesempurnaan, tapi soal bagaimana kamu hadir secara mental dan emosional untuk anak, setelah berhasil berdamai dengan luka diri sendiri. Putuskan rantai trauma itu, sekarang juga.

Bagaimana pendapat kamu, adakah toxic habit yang selama ini tanpa sadar kamu lakukan? Yuk, mulai proses healing bersama!


Share:

Dijuluki 'Ubin Masjid', Intip Gaya Parenting Mama Marini yang Mendidik Luthfi Tembus Kampus Terbaik Korea (KAIST)!

source: youtube Nikita Willy Official

Banyak orang mulai mengenal Luthfi Bima Putra dari ajang COC (Clash of Champions). Sosoknya langsung mencuri perhatian: wajah yang teduh, sikap rendah hati, dan cara bicara yang menenangkan membuat banyak orang jatuh hati. Namun, di balik pesonanya, Luthfi bukan sekadar mahasiswa berparas menarik. Ia adalah anak muda berprestasi yang kini menempuh studi di KAIST, Korea Selatan, dengan double major Matematika dan Teknik Elektro. Lebih dari itu, kisahnya bersama sang ibu, Mama Marini, menyimpan banyak pelajaran berharga tentang parenting, disiplin, iman, dan kesehatan mental. Artikel ini akan mengulas poin-poin penting dari perjalanan Luthfi dan gaya parenting Mama Marini yang bisa menjadi inspirasi, baik untuk orang tua maupun anak muda Indonesia. 

Perjalanan dan Prestasi Luthfi

profil Luthfi COC | Instagram Luthfi Bima Putra

1. Dari Jogja ke KAIST, Korea Selatan

Tidak banyak mahasiswa Indonesia yang bisa menembus KAIST (Korea Advanced Institute of Science and Technology), sebuah kampus riset bergengsi dunia. Luthfi termasuk salah satu dari sedikit anak muda Indonesia yang berhasil kuliah di sana. Tidak hanya itu, ia mengambil double major: Matematika dan Teknik Elektro.

Perjalanan ini tentu tidak diraih dengan instan. Sejak kecil, Luthfi sudah terbiasa dengan pola belajar yang disiplin dan tekun, hasil dari arahan Mama Marini.

Baca juga: Bukan Cuma Harta: Pola Asuh Narsistik Orang Tua yang Merenggut Mental Anak

2. Senang Ujian Esai, Bukan Pilihan Ganda

Ada kebiasaan menarik dari Luthfi. Saat sekolah, ia lebih memilih ujian esai dibanding pilihan ganda. Alasannya, di ujian esai ia bisa menjelaskan jawabannya dengan detail, bahkan jika nilainya kurang sesuai, ia bisa melakukan “pembelaan”. Sifat kritis inilah yang kelak membantunya dalam dunia akademik.

3. Sistem Belajar Anti Mainstream

Mama Marini menerapkan sistem belajar sederhana tapi efektif. Setiap hari, Luthfi diminta membaca buku pelajaran tanpa distraksi selama 1–2 jam. Setelah itu, Mama akan mengetes hafalannya. Metode ini bukan hanya melatih fokus, tapi juga menumbuhkan kepercayaan diri dalam menghadapi pelajaran.

4. Langganan Lomba Sejak SD

Prestasi Luthfi | https://kemenag.go.id/

Sejak kelas 1 SD, Luthfi sudah rajin ikut lomba. Menurutnya, lomba itu seru dan menantang. Mental kompetitif yang sehat ini membuatnya terbiasa menghadapi tekanan, sekaligus melatih keberanian untuk tampil.

Ketenangan, Iman, dan Mental Health

Selain akademik, aspek spiritual dan kesehatan mental juga menjadi pilar utama dalam perjalanan Luthfi. Mama Marini tidak hanya fokus pada prestasi akademik, tetapi juga memastikan anak-anaknya tumbuh dengan hati yang tenang, iman yang kuat, dan mental yang sehat.

1. Belajar Setelah Tahajud

Luthfi punya rutinitas istimewa: belajar setelah salat tahajud. Awalnya ia mencoba karena merasa itu amalan yang unik, lama-kelamaan menjadi kebiasaan. Bukan hanya menambah keberkahan, tapi juga membuat pikirannya lebih tenang.

2. Menghadapi Kegagalan dengan Bijak

Tidak ada jalan mulus tanpa hambatan. Luthfi pernah terpuruk karena gagal masuk Pelatnas Olimpiade. Ia menangis hebat di Jogja. Namun, Mama Marini tidak menasihati dengan kata-kata panjang. Beliau membiarkan anaknya menangis, lalu mengajaknya jalan-jalan tanpa membahas kegagalan itu lagi. Fokus diarahkan ke masa depan.

3. Dari Panikan Jadi “Ubin Masjid”

 Luthfi mode serius | Instagram Luthfi Bima Putra

Julukan “Ubin Masjid” datang karena Luthfi terlihat tenang saat lomba. Namun kenyataannya, dulu ia adalah anak yang panikan. Perubahan ini menunjukkan bagaimana latihan mental dan kebiasaan menghadapi tekanan bisa membentuk karakter baru.

4. Mama sebagai Teman Curhat

instagram @momscorner.nwip


Satu hal yang luar biasa: Luthfi selalu menjadikan Mamanya tempat curhat pertama. Baginya, Mama bukan hanya orang tua, tapi juga sahabat. Kuncinya, menurut Mama Marini, sederhana: dengarkan dulu keluh kesah anak, baru beri saran seperlunya.

Quotes Favorit Luthfi

Prinsip hidup yang selalu dipegang Luthfi adalah:

"Istiqomahlah terhadap pendirianmu, berlapang dadalah terhadap opini orang lain."

Prinsip ini membantunya bertahan di negeri orang, menghadapi perbedaan pandangan, sekaligus menjaga dirinya tetap rendah hati.

Hikmah yang Bisa Kita Ambil

Instagram @momscorner.nwip



Dari kisah Luthfi dan Mama Marini, ada banyak pelajaran berharga yang bisa diambil:

1. Disiplin sejak kecil membentuk karakter kuat
Membaca rutin, menjauhkan gadget, hingga ikut lomba membuat anak terbiasa berjuang dan fokus. Inilah yang melatih mereka agar tidak mudah panik dan tetap tenang saat menghadapi tekanan.

2. Hadiah tidak harus mewah, tapi bermakna
Buku sederhana bisa menumbuhkan hobi membaca seumur hidup.

3. Iman adalah pondasi keberhasilan
Rutinitas tahajud menjadi sumber energi batin yang membuat Luthfi tenang dan percaya diri. Sejak dini, agama dan akademik wajib diseimbangkan, karena keduanya berjalan beriringan.

4. Orang tua adalah sahabat terbaik anak
Mendengarkan keluh kesah anak tanpa menghakimi jauh lebih berharga daripada memberi ceramah panjang. Saat anak jatuh (mengalami kegagalan), biarkan mereka menangis sejenak, lalu alihkan perhatiannya dengan kegiatan yang menyenangkan. jangan bahas kekalahan terus-menerus!

5. Kemandirian adalah bekal tak ternilai
Mendaftarkan anak ke sekolah asrama adalah cara melatih kemandirian dan sosialisasi sejak SMP, membuat mereka siap hidup jauh dari orang tua.

6. Keberhasilan adalah hasil kerja sama
Kekompakan Ayah dan Bunda dalam mendidik, membagi tugas, dan mendukung minat anak adalah kunci utama, bukan hanya peran salah satunya saja.

Hai buat kamu yang ingin menyaksikan kisah inspiratif Luthfi Bima Putra dan Mama Marini secara langsung, bisa menontonnya di youtube Nikita Willy Official yang berjudul #momscorner 64 Mama Marini & Luthfi Bima Putra | Fakta Menarik Hingga Dijuluki "Ubin Masjid". Artikel ini aku rangkum dari podcast Nikita Willy Official.

Share:

Mending Les Privat atau Ruangguru? Ini Pertimbangannya



Belajar adalah investasi terbaik untuk masa depan. Tidak heran kalau banyak orang tua maupun siswa rela mengeluarkan biaya untuk ikut les tambahan di luar sekolah. Tujuannya jelas, supaya nilai lebih bagus, paham materi lebih cepat, dan siap menghadapi ujian. Karena belajar dari sekolah saja kurang bisa memahami pelajaran.

Nah, pertanyaan klasik pun muncul: lebih baik ikut les privat atau berlangganan aplikasi belajar online seperti Ruangguru?. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam artikel ini, aku akan membahas secara detail supaya kamu (atau anakmu) bisa memilih yang paling cocok.

1. Fleksibilitas Waktu

sumber:https://www.hadirr.com

Les Privat:

Biasanya punya jadwal tetap sesuai kesepakatan dengan guru. Kalau siswa berhalangan, harus reschedule. Tapi reschedule kadang sulit kalau guru punya jadwal padat.

Ruangguru:

Bisa belajar kapan saja. Tinggal buka aplikasi, pilih materi, dan langsung belajar. Cocok banget untuk anak atau pelajar yang jadwalnya padat, atau tipe yang suka belajar malam hari.

Dilihat dari segi fleksibilitas waktu, Ruangguru jelas lebih unggul.

2. Biaya

Banyak orang tua bilang les privat itu mahal.

Kisaran harga les privat online per pertemuan Rp. 75.000 - Rp. 250.000. jadi selama sebulan bisa sekitar Rp. 1000.000 - Rp. 2000.000.

Sedangkan Ruangguru mulai Rp. 600.000 - Rp. 1.250.000 per tahun. ingat ini per tahun loh. Jadi kesimpulannya dari segi biaya, Ruangguru jauh lebih ramah kantong.


3. Kualitas Pengajar

Les Privat:

Guru biasanya mahasiswa atau tenaga pengajar profesional. Kualitas bisa sangat bagus, tapi juga bisa standar tergantung siapa yang mengajar.


Ruangguru:
Semua pengajar sudah diseleksi. Banyak dari mereka adalah guru berpengalaman atau lulusan kampus ternama. Selain itu, materi dikemas dalam bentuk video animasi sehingga lebih menarik.

Kalau ingin variasi dan metode modern, Ruangguru bisa jadi pilihan.

4. Materi Belajar




Les Privat:
Materi mengikuti buku sekolah atau permintaan siswa. Kadang hanya fokus pada PR dan soal latihan.

                                        

Ruangguru:
Materinya terstruktur: ada video, rangkuman, latihan soal, dan tryout. Bahkan ada fitur jadwal belajar otomatis yang bisa menyesuaikan target siswa.

Untuk persiapan jangka panjang (misalnya UTBK atau ujian sekolah), Ruangguru lebih sistematis.

5. Interaksi

Les Privat:
Ada tatap muka langsung. Siswa bisa langsung bertanya, dan guru bisa menilai pemahaman siswa dari ekspresi maupun responnya.

Ruangguru:
Ada fitur Ruangguru Privat (live teaching) untuk interaksi langsung, tapi tidak selalu se intens les tatap muka. Namun, fitur forum tanya jawab dan live class bisa membantu.

Kalau anak butuh perhatian ekstra atau tipe yang cepat bosan, kombinasi keduanya bisa lebih efektif.

6. Motivasi dan Disiplin

Les Privat:

Karena ada guru datang, siswa “terpaksa” belajar sesuai jadwal. Ini bagus untuk anak yang suka menunda-nunda.

Ruangguru:

Harus ada kesadaran dari siswa untuk membuka aplikasi dan belajar. Untungnya, Ruangguru punya fitur pengingat belajar yang bisa membantu.

Kalau anak mandiri, Ruangguru sudah cukup. Kalau anak mudah terdistraksi, mungkin perlu pengawasan orang tua.


7. Kenyamanan Belajar

Kenyamanan belajar salah satu hal yang penting untuk fokus memahami apa yang dipelajari. Jika banyak gangguan nih jadi sulit konsentrasi dan hilang minat belajar.

Les Privat:

Kadang harus menyiapkan ruangan khusus, ada gangguan, atau guru tidak cocok dengan anak.

Ruangguru:

Belajar cukup dengan HP/laptop dan internet. Tidak ada rasa sungkan, anak bisa ulang-ulang materi sesuka hati.

Kesimpulan: Pilih Mana?

Jawabannya tergantung kebutuhan.

  • Kalau ingin tatap muka langsung dan fokus penuh, les privat bisa jadi pilihan.
  • Kalau ingin hemat, fleksibel, dan materi lengkap dengan teknologi modern, Ruangguru adalah solusi terbaik.
  • Bahkan, banyak orang tua sekarang memilih kombinasi keduanya: anak ikut Ruangguru untuk belajar mandiri setiap hari, lalu ditambah les privat untuk mata pelajaran yang dirasa paling sulit.

Kalau saat ini kamu masih bingung, aku pribadi merekomendasikan untuk mulai dulu dengan Ruangguru. Alasannya Kenapa?

  1. Lebih hemat biaya.
  2. Bisa dicoba langsung tanpa harus komitmen jangka panjang.
  3. Cocok untuk pelajar SD, SMP, SMA, bahkan persiapan UTBK.


Kamu bisa langsung coba berlangganan Ruangguru lewat link ini atau masukkan kode MAKINJAGO biar kamu makin jago belajarnya.

Share:

Cara Menghasilkan Uang dari Foto: Hobi Jadi Cuan

 Hai

Welcome to the freelance world! 

Sejak aku resign dari pekerjaan dan fokus jadi seorang Ibu Rumah Tangga (IRT), aku mulai mencari cara supaya tetap produktif dan bisa punya income dari rumah. Akhirnya aku sadar, ternyata hobi sederhana seperti motoin pakai smartphone bisa banget jadi peluang kerja.

Awalnya, aku hanya foto-foto untuk fun aja, abadikan momen anak, makanan, atau daily vibes di rumah. Tapi lama-lama, galeri penuh, memori HP jadi sesak, dan kadang fotonya malah kehapus. Sayang banget, kan? Nah, instead of cuma numpuk di galeri, kenapa nggak dicoba di convert jadi cuan?

Di blog ini, I’ll share my journey dan beberapa cara menghasilkan uang dari foto. Mulai dari jual foto di website microstock (Shutterstock, Adobe Stock, iStock, dll.), ikutan photo contest, sampai buka jasa foto produk untuk UMKM lokal. Good news: semuanya bisa dikerjain dari rumah, no need kamera mahal, cukup modal HP dan sedikit kreativitas.

Yang bikin makin happy, ternyata dunia fotografi ini bukan cuma soal uang. It’s also about confidence dan kepuasan diri. Rasanya amazing banget waktu ada yang download fotoku pertama kali di microstock, meskipun cuma dapat $0,10, tapi priceless rasanya karena itu hasil karya sendiri.

So, kalau kamu juga punya banyak foto yang cuma ngendap di galeri, don’t just delete them. Believe me, dari tumpukan foto itu bisa muncul pintu rezeki baru. Let’s turn your hobby into money and make your gallery works for you! .

1. Jual Foto di Website Microstock

Yap, mungkin masih banyak yang belum familiar dengan website jual foto. Aku sendiri awalnya tahu dari sebuah berita viral—ada orang yang konsisten upload foto selfie selama bertahun-tahun dan dijual di platform microstock. Hasilnya? Nggak nyangka bisa jadi penghasilan besar!

Dari situ aku mulai cari tahu lebih dalam, ternyata ada beberapa platform populer untuk jual foto, seperti Shutterstock, Adobe Stock, iStock, dan masih banyak lagi. Di antara semuanya, aku pribadi paling merekomendasikan Shutterstock karena proses daftarnya cukup mudah untuk pemula dan pasarnya sangat luas.

Buat kamu yang mau langsung coba, bisa klik link ini untuk daftar: Daftar jadi kontributor Shutterstock.

Tips dari pengalaman pribadi:

  • Foto dengan tema makanan, gaya hidup, pemandangan, teknologi, dan parenting paling banyak dicari.
  • Jangan upload foto yang ada merek dagangnya (logo, tulisan brand).
  • Usahakan foto terang, jelas, dan minimal diedit biar terlihat natural.

2. Ikut Lomba atau Kontes Foto

Banyak brand, komunitas, bahkan pemerintah mengadakan lomba foto dengan hadiah menarik. Selain uang, kadang hadiahnya berupa gadget, voucher, atau produk sponsor. Cari informasi lomba di media sosial atau situs resmi komunitas fotografi. Bonus: bisa nambah portofolio juga!

3. Jual Jasa Foto Freelance

Kalau kamu suka motret orang, produk, atau acara, kamu bisa buka jasa freelance. Contohnya: foto wisuda, foto keluarga, prewedding, atau foto produk UMKM. Promosi bisa lewat media sosial atau marketplace jasa seperti Fiverr dan Sribulancer. Tidak harus punya studio, cukup kamera dan sedikit kreativitas, hasilmu bisa menarik banyak klien.

4. Jual Cetakan atau Produk dari Foto

Fotomu bisa dicetak jadi: 
  • Wall art (hiasan dinding)
  • Kalender
  • Kartu ucapan
  • Merchandise seperti tote bag, mug, atau bantal
Banyak platform print-on-demand yang bisa membantu kamu mencetak dan menjual, tanpa perlu stok barang di rumah.

5. Monetisasi di Media Sosial

Instagram, TikTok, atau Pinterest bisa jadi etalase karya foto. Jika followermu banyak, Brand bisa mengajakmu kerjasama (endorsement atau paid promote). Kamu bisa buat tutorial fotografi, tips editing, atau behind the scene. Bahkan bisa buka kelas online untuk pemula.

6. Buat Blog atau Website Foto

Kalau kamu suka menulis, kombinasikan foto dengan blog pribadi. Tulis cerita perjalanan, review tempat, atau tips fotografi. Blog bisa dimonetisasi lewat iklan (Google AdSense), afiliasi, atau jual jasa/foto digital.

Hobi motret bisa banget jadi jalan rezeki. Kuncinya konsisten, punya gaya khas, dan berani mempromosikan karya. Tidak harus punya kamera mahal, yang penting kualitas foto dan kreativitas.
Share:

Rumah Seharusnya Aman, Tapi Nyatanya…

"Katanya rumah tempat paling aman. Tapi kok justru di sana, banyak anak yang paling terluka?"

Beberapa hari ini, pikiranku penuh. Bukan karena lelah jadi ibu rumah tangga, bukan juga karena drama gosip tetangga… tapi karena satu berita yang bikin hati benar-benar hancur: anak jadi korban kejahatan seksual dari keluarganya sendiri.

Ayah, paman, kakek—bahkan ada yang satu rumah. Gimana bisa? 😢

Orang yang seharusnya jadi pelindung, malah jadi pemangsa.

Sebagai ibu, aku cuma bisa membayangkan… kalau itu terjadi ke anakku sendiri, atau anak tetanggaku, atau anak siapa pun, rasanya nggak kuat. Luka yang dalam, trauma yang bisa kebawa seumur hidup.

Ternyata, Bahaya Bisa Ada di Dalam Rumah

Kita sering ngerasa, asal anak-anak di rumah, pasti aman.

Padahal, banyak kasus yang justru terjadi di dalam rumah sendiri. Pelakunya bukan orang asing, tapi orang dekat. Kadang, bahkan serumah. Menyeramkan ya?

Menurut data dari KPAI, lebih dari 60% pelaku kekerasan seksual terhadap anak adalah orang dekat. Itu artinya, rumah nggak selalu jadi tempat yang aman… kecuali kita yang benar-benar menjaganya.

Dan yang bikin tambah miris, kadang suara anak malah dimatikan sama ibunya sendiri.

"Jangan bikin malu keluarga."

"Ayahmu nggak mungkin kayak gitu."

"Udah, diem aja, ya?"

Sakit. Anak terluka, tapi malah disuruh diam.


Jaga Fitrah Anak, Jangan Sampai Rusak karena Lalai Kita

Anak-anak lahir dalam keadaan suci. Mereka nggak tahu apa-apa. Tugas kitalah yang harus menjaga. Jangan sampai kita yang abai, akhirnya bikin fitrah mereka rusak.

Kata Nabi Muhammad ﷺ:

"Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban."

(HR. Bukhari & Muslim)

Artinya, kalau anak kita sampai kenapa-kenapa, dan kita tahu tapi cuek, itu bukan cuma salah dunia… tapi juga tanggung jawab kita di akhirat. 😔


Saatnya Nggak Cuma Prihatin, Tapi Juga Peduli

Kadang kita mikir, “Ya Allah, kasihan banget anak itu.” Tapi setelah itu… kita scroll ke berita lain, atau lanjut masak. Nggak salah, tapi kalau kita cuma jadi penonton, perubahan nggak akan pernah terjadi.

Mulai sekarang, yuk lebih waspada.

Dengerin anak saat mereka ngomong. Jangan anggap remeh perasaan mereka.

Ajarkan tentang aurat, tentang bagian tubuh mana yang nggak boleh disentuh siapa pun.

Dan kalau ada yang janggal, jangan tutup mata. Lebih baik dicurigai sekarang daripada menyesal nanti.


Penutup: Ini Nyata, Ini Dekat

Jujur, nulis ini bikin hati campur aduk. Tapi aku percaya, kita perlu saling mengingatkan.

Anak-anak itu amanah. Mereka bukan cuma butuh makan dan sekolah, tapi juga butuh perlindungan jiwa dan raga.

“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.”

(QS. Al-Isra: 32)

Yuk, mulai dari rumah kita sendiri.

Jaga, dengarkan, lindungi.

🤲 Semoga Allah selalu menjaga anak-anak kita… dari kejahatan yang semakin nyata di sekitar kita.

Share: